Pemimpin : Pengambil Keputusan Yang Tepat
Kamis, 22 Oktober 2009 14:59
Salah satu tugas pemimpin sehari-hari adalah mengambil keputusan. Dalam melaksanakan tugas itu, tidak jarang, pemimpin dihadapkan pada berbagai alternative yang ada. Pemimpin harus mengambilnya di antara berbagai alternative itu yang dipandang paling tepat. Keputusan yang tepat bisa jadi berbeda dengan yang benar. Hal yang harus dipahami bahwa yang benar belum tentu tepat, dan sebaliknya yang tepat belum tentu dianggap benar oleh kebanyakan orang.
Pekerjaan memilih, bukanlah selalu mudah. Tatkala harus memilih dua alternative antara yang jelek dan yang baik, yang benar atau yang salah, yang hitam atau yang putih, tentu adalah mudah dilakukan. Akan tetapi dalam kenyataan hidup sehari-hari, alternative itu tidak selalu tampak semudah itu. Pilihan-pilihan itu kadang sedemikian samar, serupa, atau mirip. Selain itu, pilihan bisa jadi memiliki resiko yang beraneka ragam, atau sama-sama membawa resiko, dan akan mudah diambil jika keduanya sama-sama menguntungkan. Gambaran seperti itu menjadikan tugas pemimpin tatkala mengambil keputusan tidak selalu mudah dilakukan.
Seringkali keputusan pemimpin dipandang oleh orang lain sebagai sesuatu yang salah atau kurang tepat. Jika demikian, maka kemudian muncullah kritik dan bahkan juga kecaman-kecaman. Pemimpin harus berani menghadapi berbagai resiko itu semua. Tatkala keputusan sudah diambil, maka pemimpin harus bisa mempertanggung-jawabkannya. Tidak seyogyanya, pemimpin selalu mengubah-ubah keputusan. Sebab bagaimanapun keputusan itu selalu bisa dilihat dari berbagai perspektif. Pemimpin harus mampu melihat sesuatu dari berbagai perspektif, dan tidak sebagaimana banyak orang pada umumnya hanya melihat dari satu perspetif, atau bahkan dari dirinya sendiri.
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin bisa diuji kebenarannya kadangkala setelah melewati waktu yang lama. Benar atau tidak keputusan itu, bukan saja diuji dari sebuah perdebatan, melainkan dari kenyataan-kenyataan setelah keputusan itu dijalankan. Perbedaan cara pandang antara pemimpin dengan para pengamat dan bahkan juga para teoritikus di bidangnya adalah sesuatu yang lazim. Hanya hal yang perlu dipahami bahwa, tatkala seseorang telah mengalami mobilitas vertical hingga diangkat menjadi pemimpin, sudah barang tentu telah memiliki kelebihan-kelebihannya. Atas dasar kelebihan inilah kemudian dalam melihat sesuatu, maka hasilnya bisa berbeda atau membuahkan cara pandang yang berbeda itu. Karena itu jika terdapat perbedaan konsep atau pandangan antara pemimpin dan pihak-pihak lain harus dianggap sebagai kewajaran.
Selain itu, keputusan yang diambil oleh pemimpin tidak sebatas harus benar, tetapi lebih dari itu harus tepat. Mungkin keputusan itu dianggap salah oleh sementara orang, tetapi ternyata justru tepat jika dilihat dari kondisi dan situasi, serta setelah sekian lama proses berjalan di lapangan. Ketepatan keputusan itu, tentu saja jika diukur dari hasil yang ingin diraih. Satu contoh kecil, saya selaku pemimpin universitas, seringkali mengambil keputusan yang dianggap keliru oleh sementara orang, setidaknya dipandang belum waktunya. Tetapi ternyata, setelah sekian lama baru mendapatkan pengakuan bahwa keputusan itu justru dianggap tepat.
Sekedar sebagai contoh, saya pernah mengusulkan agar STAIN Malang ditunjuk menjadi pelaksana MoU antara Departemen Agama RI dengan Menteri Pendidikan Tinggi dan Riset Sudan, agar sekolah tingi ini diubah statusnya menjadi universitas. Saya ketika itu sadar betul, bahwa maksud saya mengajukan kesediaan itu hanyalah sebagai jembatan agar STAIN Malang suatru ketika berubah bentuk menjadi universitas. Keputusan yang saya ambil tersebut, yang sebelumnya dianggap oleh banyak pihak sebagai keputusan keliru, setelah sekian lama ternyata justru dianggap tepat. Saya selalu pada pendirian bahwa tidak semua orang memahami dan memiliki sensitifitas terhadap sesuatu secara mendalam. Apalagi orang-orang tersebut sebenarnya, adalah tidak lebih dari sebagai pengamat atau penonton belaka.
Selanjutnya, apa yang saya putuskan itu, setelah berjalan beberapa tahun kemudian, STAIN Malang, -------sekalipun harus melewati status sebagai Universitas Islam Indonesia Sudan, ternyata berhasil berubah menjadi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Padahal sebelumnya, tidak sedikit orang berkomentar negative, mengkritik, dan bahkan mencemooh, bahwa usaha itu akan sia-sia. Namun pada kenyataannya, usaha melakukan perubahan itu ternyata berhasil. Itulah yang saya maksud, pemimpin harus berani mengambil keputusan yang tepat, sekalipun banyak pihak, semula mengatakan salah. Banyak contoh lain selama ini yang saya alami serupa itu, yang memberikan gambaran bahwa betapa pentingnya pemimpin di level apapun harus berani mengambil keputusan yang tepat, sekalipun beresiko, dipandang salah oleh banyak orang. Wallahu a’lam.
Rabu, 21 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar