Senin, 05 Oktober 2009

keberhasilan mencapai taqwa

Khutbah Idul Fitri 1430 H

“IDUL FITRI , KEBERHASILAN MENCAPAI TAQWA BAGI YANG BERPUASA”

Disusun Oleh:

H. Abdul Hamid Halim

Kendari, September 2009

Muslimin Muslimat Jamaah Ied Rahimakumullah..

Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan taufiq dan hidayahNya jualah kita pada hari yang bahagia ini, masih diberi kesempatan untuk melaksanakan shalat Idul Fitri bersama-sama ditempat ini.

Semenjak terbenamnya matahari di ufuk barat kemarin, kita akhiri ibadah puasa kita dan kita memasuki hari raya Idul Fitri dengan mengumandangkan takbir, tahhlil dan tahmid untuk mengagungkan asma Allah dan mensyukuri rahmatNya.

Bagi yang betul-betul telah melaksanakan ibadah puasa satu bulan ini dengan penuh kesadaran, akan timbul perasaan bahagia dan kenikmatan yang besar dalam merayakan Idul Fitri hari ini. Kenikmatan itu akan besar lagi, bila kita melaksanakan kewajiban kita membayar zakat, baik berupa zakat fitrah maupun zakat harta, infaq, shodaqoh, serta melaksanakan segala amal perbuatan yang bermanfaat bagi diri, keluarga, dan masyarakat.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Makna Idul Fitri adalah kembali kepada kesucian atau kembali kepada asal kejadian. Asal kejadian manusia adalah suci, tidak punya dosa dan sudah beriman kepada Allah dengan aqidah tauhid dan siap menerima serta mematuhi ajaran Allah SWT. Setiap orang memiliki fitrah yang dibawa sejak lahir, namun demikian dalam menjalankan hidup karena sering berbuat dosa dan kesalahan sehingga fitrah manusia menjadi tercemar dan ternoda. Tetapi dengan melaksanakan ibadah puasa dengan penuh kesadaran dan penghayatan akan ketentuannya serta mengharapkan ridho Allah SWT. maka pada hakekatnya orang berpuasa telah menjalani proses penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dengan melaksakan aktifitas pemurnian aqidah (Iman), pengikhlasan beribadah dan penerapan akhlakul karimah sehingga sekarang kembali kepada fitrah sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

Artinya: “Barang siapa berpuasa Ramadhan, dengan karena iman dan mengharapkan pahala Allah, niscaya Allah mengampuni dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari)

Kesucian adalah gabungan tiga unsur, yaitu benar, baik dan indah. Sehingga seseorang yang berIdul Fitri dalam arti kembali kepada kesucian akan selalu berbuat yang benar, baik dan indah. Berbuat yang benar karena berpegang/ berpedoman kepada wahyu dan ilmu. Berbuat baik karena mentaati nilai-nilai akhlak dan berperilaku yang indah karena menghayati keserasian hubungan dengan sesama makhluk khususnya manusia. Dengan demikian maka orang yang berIdul fitri akan selalu sibuk mengoreksi kekurangan dirinya, tidak suka mencari-cari aib orang lain dan menutup mata terhadap kesalahan orang, tetapi dicarinya sifat-sifat kebaikannya, ia selalu memberi maaf bahkan berbuat baik kepada yang melakukan kesalahan. Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 133-134:




Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit. Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Q.S. Ali Imran: 133-134)

Kondisi Idul Fitri demikan kita pertahankan pada sebelas bulan kedepan dengan memelihara kesucian, keyakinan dan tabiat sebagai manusia, dan menjaga hubungan dengan Allah dan sesama makhluk dan manusia.

Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (Q.S. As-Syams: 8-10)

Mempertahankan predikat Idul Fitri dari hasil puasa adalah orang yang mampu melanjutkan amalan ibadah dan amal soleh yang dilakukan dalam Ramadhan. Lepas Ramadhan kondisi iman dan akhlak kita harus lebih baik dibanding sebelum Ramadhan. Sunat ibadah dalam Islam manakala dikerjakan dengan ikhlas, khusyu, dan mencari ridha Allah akan memperbaiki diri.

Oleh karena itu orang yang istiqomah dengan shalatnya harus lebih baik perangainya dari pada yang

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Keberhasilan mencapai Idul Fitri karena kita dapat berpuasa dengan menghayati makna dan hakekat puasa. Hakikat puasa adalah latihan pengendalian diri dari hawa nafsu.

Artinya: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran tuhanNya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesunguhnya surgalah tempat tinggalnya” (Q.S. An-Naziyat: 40-41)

- Islam mengajarkan kita agar menahan diri dari sesuatu yang kita sukai dan mengajarkan agar memberikan sesuatu yang kita cintai. Bulan Ramadhan kita berpuasa sebulan penuh, tetapi pada saat yang sama kita diajar berbuka untuk sekedar memperkuat tubuh, dan tidak berlebih-lebihan pada waktu makan.

- Disaat kita bergembira merayakan lebaran di bulan Syawal, kaum muslimin dianjurkan puasa sunah enam hari.

- Disaat mengumpul dan menumpuk harta yang kita cintai, justru disuruh membayar zakat, infaq, dan shadaqah. Bahkan dalam memberi sesuatu, dianjurkan berniat memberi bukan karena sesuatu yang kita berikan kita sudah tidak senang memakainya.

- Kita dianjurkan memberi hadiah kepada orang yang kita dengki.

- Disaat enak-enaknya tidur kita harus bangun menunaikan shalat subuh. Bahkan yang lebih keras lagi kita dianjurkan shalat tahajud di duapertiga atau sepertiga malam terakhir.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Kesemuanya itu menjadi pelajaran agar kita memiliki sifat sabar dan mampu mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu, karena sifat manusia jika sudah menyukai sesuatu, cenderung berlebih-lebihan dan melampaui batas walaupun sesuatu itu mubah. Untuk mengikhtiari hal ini, maka kita harus menahan hawa nafsu dan menjauhi godaan syetan serta selalu dekat dengan Allah, yaitu dengan beribadah, tadarus Al-Qur’an, berdzikir dan beramal solih serta amal sosial seperti membayar zakat dan infaq.

Mudah-mudahan dengan mengambil hikmah makna puasa dan Idul Fitri akan lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita di dalam mendorong rasa kepedulian sosial dan membiasakan akhlak yang baik guna menuju masyarakat marhamah.

Orang muslim yang berhasil ibadah puasanya adalah muslim yang kembali kepada fitrah (Idul Fitri) yaitu kembali kepada pemurnian aqidah, kembali kepada pengikhlasan beribadah, kembali kepada keindahan akhlak. Semua itu cermin dari hati yang salim, hati yang bersih, hati yang selamat dari berbagai macam penyakit hati seperti syirik, kufur, nifaq, dengki, takabur, riya, dendam, dll.

Ibadah puasa dengan amaliyah Ramadhan menyibukkan kita menjadi sering bertemu dengan Allah melalui ibadah, baik puasa, shalat, tadarus Al-Quran, zikir, I’tikaf, membayar zakat fitrah dll. Intensitas menjain hubungan dengan Allah dapat menyembuhkan atau paling tidak mengurangi penyakit hati.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Keberhasilan dari ibadah puasa adalah jika seorang muslim mencapai derajat muttaqin. Beberapa ayat Al-Qur’an menjelaskan tentang sifat-sifat muttaqin sebagaimana dalam surat Al-Baqarah ayat 1-5, surah Al Baqarah ayat 177, dan Surat Ali Imran ayat 133-136. Dari beberapa ayat tersebut ada tiga kelompak sifat pokok orang bertakwa, yaitu: iman, pengamalan syariat, dan akhlak.

a. orang yang bertakwa adalah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat, kitab suci, dan para nabi.

b. Orang yang bertakwa adalah orang yang menegakkan shalat, melambangkan hubungan harmonis dengan Allah, dan orang yang menafkahkan sebagian hartanya baik zakat maupun shadaqah melambangkan kepedulian sosial dan hubungan baik dengan masyarakat.

c. Orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menahan amarah, memaafkan orang lain, berbuat baik terhadap orang yang berbuat salah kepadanya.

Tiga kelompok sifat takwa ini menyatu dalam diri orang yang bertakwa, sebab:

- Orang yang beriman pasti akan senantiasa istiqomah menjalankan syariat seperti shalat, zakat, puasa dan haji.

- Orang yang beriman akan memiliki akhlak yang baik.

Artinya: “kesempurnaan iman seorang mukmin adalah keimanannya dan yang terbaik akhlaknya.”

Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah menjaga hubungan silaturahminya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik (benar) atau hendaklah diam” (H.R. Bukhari dan Muslim)

- Orang yang baik ibadahnya akan memiliki akhlak yang baik.

Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu yaitu Al-kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan2) keji dan munkar” (Q.S. Al-Ankabut: 45)

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Demikanlah sifat-sifat orang yang bertakwa yang juga merupakan tanda-tanda orang yang berIdul Fitri:

- Orang yang mensucikan aqidah dengan syahadat.

- Orang yang mensucikan jiwa karena mengingat Allah dengan shalat.

- Orang yang mensucikan jiwa dengan mengendalikan hawa nafsu melalui puasa.

- Orang yang mensucikan harta dengan zakat.

- Orang yang mensucikan kehidupan dengan ibadah haji.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Alangkah lengkap rasanya sebagai muslim manakala memiliki sifat-sifat yang demikian, dan dengan hasil puasanya ia menjadi pribadi yang sholeh dan sholehah.

Dalam sebuah riwayat diterangkan tentang orang yang bertakwa:

- Makrifat adalah modal orang bertakwa

- Pengendalian diri sumber aktifitasnya

- Kasih adalah asas pergaulannya

- Kerinduan kepada Ilahi kendaraannya

- Zikir pelipur hatinya

- Kepercayaan diri kekuatannya

- Keprihatinan adalah temannya

- Ilmu adalah senjatanya

- Sabar adalah busananya

- Kesadaran akan kelemahan dihadapan Allah adalah kebanggannya

- Zuhud adalah profesinya

- Kebenaran adalah andalannya

- Ketaatan kepada Allah buah hatinya

- Perjuangan adalah kesehariannya

- Buah mata kesenangannya, ditemuinya saat menghadap Allah SWT.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Untuk memelihara takwa sebagai hasil ibadah puasa marilah kita bangkitkan semangat dalam beribadah. Marilah kita gerakkan rasa kepedulian kepada orang lemah yang mengalami musibah dan penderitaan. Marilah kita bersihkan hati dari berbagai macam penyakit: iri hati, dengki, riya, takabur, pendendam, agar kita berperilaku dengan akhlak baik.

Sesudah Idul fitri kita perindah hubungan harmonis dengan sesama atas dasar iman.




Artinya: ”Sesungguhnya orang2 mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara saudaramu dan bertakwalah pada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al-Hujurat: 10)

Ayat ini menandaskan bahwa hanya orang beriman sajalah yang mampu menjaga persaudaraan dan tali silaturahmi. Karena hati orang beriman bermukim rasa kasih sayang sebagai rahmat dari Alllah SWT.

Tradisi berlebaran pada masyarakat kita adalah saling bersilaturahmi dan halal bihalal yang intinya saling bermaaf-maafan atas segala kesalahan dan berlapang dada menghilangkan dendam yang tersembunyi, menahan segala hawa nafsu angkara murka, dan memperbanyak berbuat baik kepada sesama manusia.

Hadits nabi mengajarkan kepada kita:

Artinya: “sebaik-baik orang yang terbaik adalah orang yang menyambung silaturahmi terhadap orang yang memutuskan, memberikan sesuatu kepada orang yang kikir kepada kita, memaafkan kesalahan terhadap orang yang menganiaya kita.”(H.R. Ahmad dan Thabrani)

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Demikianlah nasihat-nasihat dan pengajaran dari Al Quran dan sunah rasul tentang keberhasilan orang yang beribadah puasa, dan yang berIdul Fitri mencapai derajat takwa kepada Allah. Semoga Allah SWT. membimbing hati kita dengan taufik dan hidayahNya agar kita memiliki keimanan yang kuat dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar